Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Memoria (Cerpen)

Memoria Alvin bersikap tak peduli mendapati profil samping seorang gadis berjongkok dengan payung   menutupi dari belakang. Namun seketika berubah penasaran kala payung itu terbang dan membasahi kebergemingan sosok menelungkup di kedua lutut itu. Hujan . Rintik-rintik deras itu menimbulkan decakan ketidaksukaan dari seorang pemuda yang sedang berdiri menumpu siku di pembatas lantai tiga kampus. Pikirnya, rintik itu bagaikan pasukan tentara yang siap menyerang dan melumpuhkan. Payung. Alvin yang masih pada posisinya memperhatikan seonggok payung putih transparan menaungi seorang perempuan yang berjongkok, menyembunyikan wajah pada lipatan tangan. Profil samping yang sama sekali tidak menarik minat Alvin untuk penasaran lebih jauh. Gadis. Lagi, pasukan air itu menumpah ruah siang pukul dua menemani langit mendung dan mengundang semilir angin dingin. Dengan menghembuskan nafas kesal, ia berjalan menyusuri koridor sepi lantai satu kampus menuju parkiran motor, m...

Ulasan Cerpen Gadis Kecil Beralis Tebal Bermata Cemerlang Karya A. Mustofa Bisri (Kompas, 01 April 2018)

Tatapan Mengundang Memori dan Masa Depan Oleh: Dhea Alivia (16410163) 4D / PBSI Memang, mata merupakan awal dari segalanya. Sorot penglihatan membuat apa yang dilihat seakan beberapa ada yang tertahan di benak dan hati. Seperti yang dialami oleh sosok Aku yang diceritakan oleh Mustofa Bisri. Bahwa berawal dari rasa penasaran yang ditangkap oleh mata, sesosok gadis kecil yang memiliki alis tebal dan mata yang terlihat seolah cemerlang, seolah mengungkapkan apa yang dirasakannya. Rasa penasaran semula hanya bentuk sederhana dan dimungkinkan bersifat sementara. Namun gadis yang dilihat menunjukkan atensi lebih pada satu titik dalam diamnya, dalam gerak heningnya. Satu titik itu adalah sosok Aku, yang dalam keterkejutannya hanya dapat membalas dengan hening pula karena tak tahu harus bagaimana dengan sorot kecermelangan si gadis kecil pembuat rasa penasaran. Mata terkadang dapat menipu akibat rasa ketakpercayaan yang diciptakan secara refleks dan tak sengaja oleh otak. Mungkin ini y...

Tentang Hujan, Cerita, dan Kenangan (Cerpen, Oneshoot IC 2)

Tentang Hujan, Cerita, dan Kenangan Pulang ke kotamu ada setangkup haru dalam rindu Masih seperti dulu tiap sudut menyapaku bersahabat Penuh selaksa makna Terhanyut aku akan nostalgia Saat kita sering luangkan waktu Nikmati bersama suasana Jogja Di persimpangan langkahku terhenti Ramai kaki lima menjajakan sajian khas berselera Orang duduk bersila Musisi jalanan mulai beraksi Seiring laraku kehilanganmu Merintih sendiri ditelan deru kotamu Walau kini engkau telah tiada tak kembali Namun kotamu hadirkan senyummu abadi Izinkanlah aku untuk selalu pulang lagi Bila hati mulai sepi tanpa terobati 11 Mei 2016 “Kenapa lo nyuruh gue nyanyi lagu ini?” tanya Obiet setelah sebuah lagu  request  dari Oik berhasil ia nyanyikan. Oik yang sejak awal hanya terdiam dan mengamati pergerakan jari-jari Obiet memetik gitar dengan lincah menjadi sedikit tersentak dan mengalihkan perhatiannya pada pemuda yang duduk menyila di depannya . “Nggak a...